1 Bumi Kami2 Sebuah Pilihan3 Pelita Jingga4 Hujan Musim Semi5 Syair Sederhana6 Menepi Aku7 Tak Ada8 Jadilah Cipta Satu9 Nada Setia10 Menyapa Pagi11 Sajak Ilahi12 Bait Dalam Diam13 Terbungkus Aksara Dalam PenaShare thisRelated posts Silakan simak beberapa contoh puisi pendek yang bertema tentang bumi, pilihan, jingga, hujan, kesetiaan, dan lain sebagainya. Semoga dapat membantu kamu yang membutuhkan puisi pendek. Selamat membaca dan meresapi arti tiap bait atau barisnya. 1 Bumi Kami Bumi adalah kasih setia semesta. Bumi nafas Titian pijak kita. Bumi slalu memberi tanpa pamrih. Bumipun butuh jeda tuk sejenak mereda. Agar kembali lega dari sesaknya. Kepada bumi yang membumi. Melalui penjagaan peduli kasih bersama. Baca Juga Puisi Cinta Kasih Memeliharanya dengan kasih. Saling menyayangi lewati perjalanan dibumi. Agar bumipun kembali menjaga setiap makhluknya. Semoga bumi pertiwi lekas kembali pulih. 2 Sebuah Pilihan Pilihan atas dasar makna Pilihan ditudung senja Pilihan beraneka kisah Jejaknya yang menuai kisah Pilihan dalam peduli Pilihan dalam sabarnya hati Penantian itu jauh lebih berarti Istikharah hati dalam sujud kasih Menggenggamnya kepada Ilahi Mempertahankan atau melepaskan percikkannya yang singgah Teka-teki syahdu yang tercipta Sejumlah frasa menjaganya Sesuai alur yang dicipta semesta Mengungkapkan yang nyata terasa adakah itu hal yang salah? 3 Pelita Jingga Pagi ini aku ingat sesuatu Lalu aku pun mensyukuri dan tersipu Ya Rabb-Ku tiada yang tak kau percikkan kecuali tuk kebaikan Kebaikan bagi setiap kami hambamu Menyapa aku dari sini Lagi-lagi Ilahi menguji dengan caranya Pembentang jarak diantara ruang dan waktu Sajak hangat mencipta nurani Belalak mata menjadi genangan penantian hangat Menyapa pagi yang bermentari Pesonanya menyejukkan netra Sinarannya menghangatkan raga Nirwana teduh alam semesta Mengusir caruk maruknya sendu sedan menjelma Kebekuan itu sirna, pelita Jingga dibias senja Sang senja membalut seisi langit angkasa pirawa raya Elok netra menatapnya Pelita Jingga mewarnai rona langit Bersama bayangmu yang singgah Baca Juga Puisi Tentang Waktu Temani ku disisi rasa Seketika, berbagi kisah dan ceritanya Meski jarak menepis jumpa kita Meski jarak merundung jiwa Membentang dimiliaran senjanya Namun, bukankah langit yang kita tatap masih sama Ia tak pernah jeda menjarak ditatap kita Bukankah kala senja menyapa hangatnya yang dirasa pun masih seirama Meskipun kau berada dijarak yang terbentang jauh Dan aku berada di kediamanku menatap bayangmu dari rona jingga dan senja Kala menatap langit, apakah kau tau? Kusampaikan pesanku kepada langit dan senja Pada pelita Jingga, semoga ia menyampaikannya kejalan hatimu Bersama hari dan Illahi yang menjagamu 4 Hujan Musim Semi Musim semi penghujung hujan dini hari Sapaannya tak hanya menderasi guyur tanah bumi Dini hari memandang mu dari sini Rutinitas padatnya pun tetap memanggil mu dari sini Hujan musim semi, Mengguyur bumi dan juga hatiku Menggenggam rasa yang utuh Musim semi hujan dini hari teduh Aku mengingatmu.. Kembali hujan menyapa bumi dengan derasnya Membawa gemericik teduh di genangannya Membasahi pijak langkah Mengguyur nuansa hati yang kian tertumpuk rindu Dibasuh hujan di musim semi Sekedar menyeka hati merindu Hanya nada gemericiknya yang bermelodi terngiang merdu Dari permukaan tanah ia menetes dan mengalir Mendung kelabu itu kian mengabu Bersama tumpukkan rinduku Yang belum temu titik temu Menghiasi atap langit Hujan musim semi menghujani tanah bumi 5 Syair Sederhana Hingga detik aku merangkai aksara bertudung rindu ini Menggema disajak aku menepi dihari Tersudut diduduk sendiri Rasa dalam diam belum menemukan titiknya Belalak sayu kecoklatan dari bola mata berkaca-kaca Entah apa yang dirasakannya Memadukan kuas bercorak warna penghubung berjuta rasa Dalam lukisan hangat pagi bermentari Pena meracik dengan rangkaian katanya Perantara sekat rahasia rasa yang menjelma nyata Tak pandai ungkap kata hati Lewat isyarat bahasa hati ukirannya menari Meliuk dilingkar tali jemari Tiap untaian katanya sarayu tersurat Baca Juga Puisi Senandung Rindu Kini, seuntai syair sederhana menjadi senandung yang merasa Bak selancar terdesir angin Berlayar kepulau semilir Pada muara yang mengalir Dirakit sendu yang menjangkit Dalam bejana kusimpan rapih dan kukunci rapat deretan abjad sebuah nama Syair sederhana merekat dipena Ku titipkan sebuah nama kepada semesta 6 Menepi Aku Ijinkan aku bertanya Kepada langit yang bernafas Kepada bintang yang berkerlip Kepada bulan yang benderang Kepada desir semilir angin yang berhembus kencang Tentang hati yang menyala di nurani Nanti, saat kamu menyadari dan aku sudah menepi Menepikan semua rasa disisi Membungkam dalam nurani Karena memahami letak diri ini Jaga sahaja rasaku yang pernah ada untukmu ini Hanya tuk disampaikan kepada awan dilangitnya yang biru Hanya tuk disampaikan kepada tetesan linang ricik hujan Hanya tuk disampaikan kepada angan yang melanglang Hanya tuk disampaikan kepada Allah yang maha menghendaki 7 Tak Ada Tak ada yang sedang mencari Tak ada yang sedang menjauh Tak ada yang sedang merindui Tak ada yang sedang menghampiri Buih digulung sang ombak dini hari Kepada duduk tepi pantai yang lepas Tak ada yang hendak dituju Aku hanya ingin berbicara kepada hati Kepada peluk kasih sayang Allah Kepada luapan asa diteriak geriak ombak Kepada pantai yang lepas Meluapakan isak sejenak 8 Jadilah Cipta Satu Ada sebait makna Terkandung dalam baluran jiwa Cipta sebuah perjalanan rasa yang sederhana Ada sebuah dilema Dalam kemasan sang pujangga Yang menyibak memendam sebuah perjalanan tentang hati dan jiwa Ada yang bersembunyi Diam dalam aksara doa yang terjaga Jadilah cipta sebuah perjalanan rasa yang terpendam ditengah maknanya Ia ada di antara karang laut dasar hati Ia ada dalam setiap lembaran doa Ia ada dalam molekul-molekul terkecil di samudera Ia ada dalam dedaunan menghijau yang berklorofil Meresap ke pori-pori hati Jadilah cipta satu yang mengalir Menatap dalam nalar logika Menatap pada hati yang bersuara Tiada jeda dalam senandung doa Senantiasa terjaga dalam alunan cipta satu hati dan jiwa 9 Nada Setia Apa yang kau jaga, Apa yang kau yakini ada di nafas jiwa, Apa yang membuat mu melangkah, Pada dentingnya ruh yang bernyawa. Pada sepenggal terjal labirin kisah. Pada ujinya semesta. Setia dalam tutur lisankah, Atau menjaga setia penuh didalam jiwa. Setia itu tentang kita bersama Allah yang menjaga. Setia itu tutur hati kepada Ilahi. Setia itu ingat akan amanah. Setia yang sekata paham dalam perjuangan meniti hari bersama. Setia yang sejati tulus dari hati. Bukan sekedar menghampiri lalu berpaling pergi. Bukan hanya selewatan kata basa-basi, Namun lebih kepada saling menjaga hati dan pandangan diri. 10 Menyapa Pagi Pagi dalam teduh tasbih Berbisik lirih luruh dalam hari Pagi menyapa insani dibumi Akan tapak yang harus didaki Dari serambi yang mencermati Tumpukkan demi tumpukkan tanda kutip dini hari Abaikan sejenak, lekaskan yang tergerak Wahai pagi berkat sabda Ilahi Tak jeda mengucap asma Ilahi Pagi dengan seberkas mentari bercahaya Embun-embun dipelataran teduh menyapa pagi Menyeka dari balik tirai jendela Meracik sebaris nama dengan tariannya Pagi ucap syukur jiwa pada semesta Tak berjeda membasuh pilur dahaga, pun sumringah Dedaunan rimbun menghijau menyejukkan netra Nanti, cerita pagi ini Lengkapi berkas agar senantiasa terhubung dan tersusun rapi Nanti, cerita pagi ini Menyuarakan inspirasi lagunya pada pilihan hati yang tersembunyi 11 Sajak Ilahi Lirih menyebut sebaris nama Menggema disajak semesta Langit biru menatap dengan senyum cerahnya Langit biru seakan turut mengaminkan Menyaksikan yang tertanam dan terpupuk, namun belum tertunaikan Bahasa kalbu bertumbuh riuh Sajak Ilahi menjadi hantar pembasuh Bertumbuh tanpa pendiktean Biar Ilahi yang menuntaskan dengan caranya Dunia tak mengerti seberapa luas asa terpendam Lautan pun tak mengerti seberapa dalam geliak luruh asa yang terpendam Sajak Ilahi menjadi penghantar miliaran langit rasa Hening doa menyapa sang pemilik hati dan jiwa Gumpalan awan menggenggamnya dikediaman doa-doa yang terjaga Bersarang dalam do’a panjang nan bersahaja Bait-baitnya menjadi bumbu rasa peneduhan jiwa 12 Bait Dalam Diam Diam bukan berarti tak mengerti Biar pusara hati yang menjadi pemerhati Menyimpan perasaan dalam sepi Bertengger riak riuh, namun terasing ditengah ramainya hari Sejarah islami selalu setia menginspirasi Layaknya kisah Fatimah dan Ali Menyembunyikan sesuatu, Bait-bait rasa dalam tudung doa diamnya Merayu Rabb ku agar terhubung langsung pesannya kepadamu Bait-bait diam menjadi jeda Sebab ingin Rabb ku yang menyertainya Bait-bait diam menjadi pusat doa Biar Rabb ku menyampaikannya kedalam hatimu 13 Terbungkus Aksara Dalam Pena Tak hanya lisan yang menjadi pusat suara Tak hanya petikkan nada-nada indah, Yang menjadi pemerhatinya Sejumlah kisahnya terbungkus diinspirasi jiwa Sejumlah kisahnya terbungkus oleh aksara dalam pena Sejenak ia tersirat, Lalu tersurat mulai merangkai kata perkata sederhana yang menari Terbungkus aksara dalam pena Tak lantas sontak seluruhnya mampu terbaca Hanya degup jiwa yang mengerti, Yang mampu memahami narasi keseluruhannya Terbungkus aksara dalam pena Mengerti aku wahai jiwa yang memahami Aksara dalam pena menjadi perantara Terbaca dengan kacamata hati Kata itu tetap membungkam, Ia lantang terbungkus pena Perjalanan menuju menyisir cipta dan cita Berbagai gejolak lantunan kata dan rasa melebur menjadi satu dalam jiwa Setitik pengorbanan dikandung berkat Ilahi Pabila jejak semesta berpihak kepada liuk takdir kita Semoga ia yang tetap menjaga setianya Skenario semesta memang cukup unik dan terbingkai apik
Dalamkumpulan puisi Hujan Bulan Juni ini, Sapardi menuliskan banyak puisi bertema cinta dan hujan. Puisi-puisi dalam buku Hujan Bulan Juni sudah cukup populer. Kamu mungkin tak asing dengan puisi berjudul “Aku Ingin”, dan puisi yang judulnya dijadikan judul buku ini, “Hujan Bulan Juni”. 2. Sejumlah Pertanyaan tentang Cinta - Pringadi
Puisi tentang hujan atau puisi dengan tema hujan, bagaimana kata kata hujan dalam bait puisi saat hujan turun atau puisi cerita hujan yang dipublikasikan berkas lebih jelasnya bagaimana kisah hujan dalam bait-bait dua puisi cerita puisi hujan turunDisimak saja berikut ini deretan bait bait puisi hujan 2 bait dan puisi tentang hujan 3 bait dibawah MASIH TENTANG HUJANOleh. R. Galih WijayantiMasih tentang hujan semalamYang tiap tetes airnyaMembasahi dinding kalbuEntah mengapa hujan jadi begitu aneh untukkuAdakah yang ingin diterjemahkan hujan padaku?Mengapa dinginnya membuat aksaraku menjadi kakuAtau hujan memang datang membawa serpihan piluDari apa yang memang tak mungkin bagiku?PUISI CERITA HUJAN SEMALAMOleh. R. Galih WijayantiSemalam langit begitu gelapSemua larut dalam lelapTapi resahku yang mengendapMenarik kedua lutut untuk kudekapSemalam hujan begitu derasSuara-suara habis terlindasHanya senandung sepi yang mengerasDan daun-daun rindu yang jatuh meranggasSemalam hujan menghantar dinginPada bait-bait yang terbawa anginHening menusuk sebuah inginDan itu sesuatu yang tidaklah mungkinDemikianlah puisi tentang hujan baca juga puisi tentang hujan dan kenangan atau puisi tentang hujan di pagi hari telah diterbitkan sebelumnyaSemoga puisi tentang hujan dapat menghibur dan menginspirasi untuk menulis kata kata hujan di pagi hari islami atau puisi tentang hujan dan kerinduan.
Adapuncontoh puisi 3 bait tentang guru dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. Contoh 1: Satire Kepada Para Guru yang Banal Duhai Bapak dan Ibu Guru sekalian Kami selaku murid sangat membutuhkan Bimbingan dan keteladanan dari Bapak dan Ibu sekalian Bukan buku ajar yang engkau jual dengan penuh paksaan
fyfCwY. 33d2n4jwya.pages.dev/30433d2n4jwya.pages.dev/20133d2n4jwya.pages.dev/37433d2n4jwya.pages.dev/21033d2n4jwya.pages.dev/35533d2n4jwya.pages.dev/34133d2n4jwya.pages.dev/633d2n4jwya.pages.dev/24833d2n4jwya.pages.dev/344
puisi tentang hujan 3 bait